Halaman

Jumat, 27 April 2012

LANGKAH-LANGKAH MENGGAPAI HUSNUL KHATIMAH




-           الحمد لله نحمده ونستعينه ونستهديه، ونستغفره ونتوب إليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهد الله فهو المهتد، ومن يضلل فلن تجد له وليا مرشدا.
-           أشهد أن لاإله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
-           اللهم صل و سلم على نبيك الكريم محمد و على اله و أصحابه أجمعين.
-           أما بعد: فيا عباد الله إتقوا الله رب العالمين.
-           و قال تعالى في القرأن العظيم: وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ.


Hadirin Jamaah Jumat Yang Berbahagia.

Marilah kita selalu bertaqwa kepada Allah swt, yaitu dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya. Lantas kita yakin bahwa dengan taqwa kepada Allah akan dapat memberikan dorongan menuju arah perbaikan hidup di dunia lahir dan batin, dan dengan taqwa pula berarti kita mengharapkan rahmat untuk keselamatan dan kebahagiaan di hari akhirat nanti.
 
Hadirin Jamaah Jumat Yang Berbahagia.

Di dalam Alquran surat Al-A’raf, ayat 34 Allah berfirman:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ ﴿٣٤﴾      
Artinya:
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (Al-A’raf, 7:34).

Umur manusia merupakan satu jangka waktu yang ditetapkan oleh Allah swt yang dijalani manusia sampai pemberhentian terakhirnya, yaitu mati.

Dunia merupakan tempat manusia menjalankan titah hidupnya sekaligus merupakan arena percobaan dan ujian untuk menentukan nilai, bobot amal seseorang dan penghargaan yang sepadan dengan amal perbuatannya tersebut. Allah swt berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ﴿٣٥﴾
Artinya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiya’, 21:35).

Hadirin Jamaah Jumat Yang Berbahagia.

Dunia bagi manusia seperti jasad, badan atau jasmani yang memiliki bentuk yang nyata, yang bisa bergerak. Termasuk dalam lingkungan dunia ialah anak, isteri, harta dan sejenisnya yang diusahakan manusia. Sedang  manusia hidup karena memiliki jiwa dan dengan jiwalah manusia bergerak, berusaha membentuk bobot dunianya, sehingga dunia bergerak, hidup sejalan dengan gerak laju usaha manusia. Kalau dunia tidak dihuni oleh manusia yang hidup dan bergerak mengejar nilai, maka dunia akan mati dan sunyi.

Perjalanan hidup manusia meraih sesuatu nilai tidak luput dari bermacam cobaan, dan cobaan baru akan berhenti bersama dengan berhentinya kurun waktu manusianya sendiri.

Allah menguji manusia dengan benda-benda dunia yang digemarinya, yang menarik perhatiannya dan selalu didambakannya. Apabila benda-benda itu tidak didapatkan dalam perjuangan hidupnya, maka manusia merasa mendapat cobaan dari Tuhannya, lantas membawa dirinya berfikir, mungkinkah jiwanya kurang ikhlas beramal, atau mungkinkah dirinya salah memilih jalan yang harus dilaluinya.

Allah swt bisa saja menguji manusia dengan memberikan kemewahan duniawi yang berlimpah yang sangat digemari oleh manusia secara cepat dan mudah kepadanya, sehingga tiba-tiba menjadi orang yang kaya raya. Kalau manusianya tidak tanggap terhadap cobaan dan ujian Allah, baik yang mengandung kemewahan maupun kesengsaraan, ujian itu akan merupakan beban kejiwaan yang berat, karena belum siap mental.

Hadirin Jamaah Jumat Yang Berbahagia.

Dalam situasi demikian betapa pentingnya sabar dalam kehidupan manusia itu, karena sabar ikut berperan membina manusia yang tahan uji, imannya tidak luntur karena godaan dunia, akidahnya tidak belok menghadapi kesulitan dan rintangan, tauhidnya tetap tegak lurus walaupun diterpa gelombang dahsyatnya penderitaan. Sabda Rasulullah saw.

طوبى لمن تواضع من غير منقصة، و أذل نفسه في غير مسكنة. و أنفق من مال جمعه من غير معصية، و خالط أهل الفقه و الحكمة و رحم أهل الذل و المسكنة. (رواه البخارى).
Artinya:
“Bahagialah orang yang selalu rendah diri dalam setiap kesempatan, tetapi dirinya tidak merasa terhina. Bahagia pula orang yang merasa menghinakan diri, berlaku sederhana, walaupun dirinya bukan orang miskin. Dan bahagialah orang yang mau mengeluarkan sebagahagian harta yang dikumpulkannya tidak bertujuan maksiat. Dan bahagialah orang yang pandai bergaul dengan kelompok ilmuan dan ahli hikmah dan tidak canggung-canggung mendekatkan diri kepada orang miskin dengan kasih sayang.” (HR. Al-Bukhari).

Hadis ini menyatakan secara tidak langsung, bahwa sabar memegang peranan penting, malah menentukan, dan sabar dapat menurut bentuk situasi dan kondisi yang sedang dihadapi.

Sabar mengajak manusia menekan amarah, sehingga mau memberi kemaafan kepada orang yang mengaku salah, walaupun dirinya mampu membalas kejahatannya.

Sabar menemukan bentuk merendahkan diri, tawadhu’ dalam bergaul dengan orang yang di bawah, yang menurut Alquran orang yang dipertanggungjawabkan di bawah asuhannya, karena di dorong oleh keyakinannya bahwa orang yang merendah diri tidak menjadi hina, bahkan dimuliakan oleh Allah. Dengan bergaul di tengah orang miskin, martabat manusia tidak akan menjadi jatuh, malah Allah bertambah sayang kepadanya.

Sedekah wajib dan sunat yang dikeluarkan orang dari hartanya yang disenanginya, tidak menjadikan manusia miskin, bahkan Allah menambahnya dengan berlipat ganda.

Gambaran di muka mengetengahkan sikap hidup manusia menghadapi cobaan dan ujian, serta pedoman yang sepantasnya diambil untuk mengatasi cobaan.

Dan kalau manusia tidak menyadari datangnya cobaan yang bertubi-tubi dia  harus menghadapi cobaan diluar fikirnya, segala sesuatunya di tangan Allah swt.

Dan orang yang tanggap berusaha mengatasi cobaan dengan berpedoman dengan Alquran dan sunnah berharap dengan sepenuh jiwanya untuk mendapatkan “husnul khatimah”,

Kareannya, bahwa ada dua jenis kematian. “Husnul khatimah” dan “suul khatimah” (akhir hayat yang baik dan akhir hayat yang buruk). Sabda Rasulullah:

مستريح مستراح منه. قالوا: ما المستريح و المستراح منه. فقال: العبد المؤمن يستريح من تعب الدنيا وأذاها إلى رحمة الله. و الفاجر يستريح منه البلاد والشجر و الدواب. (رواه البخاري و مسلم).
Artinya:
“Mustarih dan mustarohun minhu. Para sahabat bertanya: ”Siapakah sebenarnya Mustarih dan mustarohun minhu, Ya Rasulullah ?” Nabi menjawab: “Mustarih adalah seorang mukmin yang meninggal dunia, dia diistirahatkan dari kepayahannya dan penanggungannya di dunia dan dia kembali ke rahmat Allah. Sedang mustarohun minhu adalah seorang fajir (pembuat dosa), pendurhaka kepada Allah; yang dengan kematianya seluruh negeri dengan penduduknya, tanamannya dan hewannya diistirahatkan dari pencemaran dan kerusakan akibat perbuatannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Hadis ini apabila dipadukan dengan surat al-Anbiya’ ayat 35 di muka, memberikan pengertian yang lebih mendasar, bahwa “husnul khatimah” bukan sekedar akhir hayat yang baik ketika menghadapi malaikat maut, tetapi “husnul khatimah” adalah satu kesatuan yang utuh dari husnul ibadah, dan husnussirah, ibadah yang terjaga kesuciannya dan sejarah hidup yang terpelihara dengan baik.

Ibadah dan sejarah hidup yang baik merupakan satu kesatuan yang utuh, karena ibadah yang dituntun oleh Alquran dan sunnah membentuk mukmin yang berakhlak mulia, tahu mendudukkan hak Allah  dan patuh menjalankan kewajibannya sebagai tanda tunduk dan patuh kepada-Nya.

Dan mukmin yang berakhlak tidak akan mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Di tengah-tengah masyarakatnya, si Mukmin menjadi pusat perhatian dan keteladanan.

Hadirin Jamaah Jumat Yang Berbahagia.
 
Ibadah, berarti mengabdikan diri kepada Allah dengan membentuk sejarah hidup yang baik sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh, karena ibadah dan membentuk sejarah hidup baik dikerjakan manusia secara serentak dan harus bebas dari kuman-kuman syirik.

Berfikir sekuler sudah termasuk syirik, syirik khofi, syirik terselubung, apalagi kalau dijalankan secara terang-terangan.

Meletakkan takut melebih takutnya kepada Allah juga termasuk syirik dan jenis syirik yang paling ditakuti oleh Nabi saw adalah syirik yang tersembunyi atau terselubung, sebab kelihatan dari luar seolah-olah kelihatan asli. Padahal dalam hal ini Allah berfirman:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً ﴿١١٠﴾
Artinya:
“Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi, 18:110).
Jelaslah, bahwa “husnul khatimah” menghendaki, bahkan mengharuskan manusia menghadap Allah membawa ibadahnya yang dapat dipertanggungjwabkan kemurniannya dan meninggalkan sejarah hidupnya yang memberi manfaat kesejahteraan bagi masyarakatnya. Sewaktu hidupnya diisi penuh dengan nilai-nilai dan sewaktu menghembuskan nafas terakhir tidak berkurang nilai pahalanya di sisi Allah.

Dan apabila hadis di muka dikaitkan dengan surat al-Anbiya’ ayat 35 di atas bahwa dari segi cobaan dan ujian, maka manusia mukmin yang mengharapkan “husnul khatimah” sepantasnya sudah sejak dini siap siaga dalam menghadapi semua resiko perjuangan hidupnya dan sudah sejak sekarang ini juga memasang kacamata “husnul khatimah” di depan mata dan mata hatinya supaya kehadirannya di tengah-tengah masyarakatnya semasa hidupnya di dunia ini dicintai dan sewaktu perginya dihormati.

Usaha-usaha mengisi dan menghiasi seluruh hidup dengan ibadah dan sejarah hidup yang baik harus dilakukan sekarang juga, sebab keterlambatan yang sekejap bisa berakibat fatal. Umur manusia berada dalam kekuasaan Allah dan alangkah ruginya orang yang belum sempat memulainya sudah didahului Malaikat Maut.

Sekarang, semasa masih hidup di dunia ini adalah waktu sebaik-baiknya beribadah dan beramal, karena setelah kehidupan di dunia berakhir, di alam barzakh sampai di alam akhirat bukan lagi kesempatan beramal, sudah tertutup pintu untuk memperbaiki kesalahan.

Oleh karena itu, marilah kita selalu berdoa agar kita memperoleh “husnul khatimah”, dengan doa yang singkat dan tegas:

اللهم اختم لنا عملنا بحسن الخاتمة و لا تختم بسوء الخاتمة.

“Ya Allah, Tuhan kami, tutuplah gerak amal kami dengan akhir kematian yang baik dan janganlah Engkau tutup akhir hayat kami dengan kematian yang buruk.”

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني و إياكم بما فيه من الأيات و ذكر الحكيم و تقبل مني و منكم تلاوته إنه هو السميع العليم. أقول قولي هذا واستغفروا الله لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar