-
الحمد لله
نحمده ونستعينه ونستهديه، ونستغفره ونتوب إليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا
وسيئات أعمالنا، من يهد الله فهو المهتد، ومن يضلل فلن تجد له وليا مرشدا.
-
أشهد أن
لاإله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
-
اللهم صل و
سلم على نبيك الكريم محمد و على اله و أصحابه أجمعين.
-
أما بعد:
فيا عباد الله إتقوا الله رب العالمين.
-
و قال
تعالى في القرأن العظيم: وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ
يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ.
Hadirin Jamaah Jumat Yang Berbahagia.
Marilah kita selalu bertaqwa kepada Allah swt,
yaitu dengan melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya. Lantas
kita yakin bahwa dengan taqwa kepada Allah akan dapat memberikan dorongan
menuju arah perbaikan hidup di dunia lahir dan batin, dan dengan taqwa pula
berarti kita mengharapkan rahmat untuk keselamatan dan kebahagiaan di hari akhirat
nanti.
Hadirin Jamaah Jumat Yang Berbahagia.
Di dalam
Alquran surat Al-A’raf, ayat 34 Allah berfirman:
وَلِكُلِّ
أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ
يَسْتَقْدِمُونَ ﴿٣٤﴾
Artinya:
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu;
maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang
sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (Al-A’raf, 7:34).
Umur manusia
merupakan satu jangka waktu yang ditetapkan oleh Allah swt yang dijalani
manusia sampai pemberhentian terakhirnya, yaitu mati.
Dunia
merupakan tempat manusia menjalankan titah hidupnya sekaligus merupakan arena
percobaan dan ujian untuk menentukan nilai, bobot amal seseorang dan
penghargaan yang sepadan dengan amal perbuatannya tersebut. Allah swt
berfirman:
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ﴿٣٥﴾
Artinya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiya’, 21:35).
Hadirin Jamaah Jumat Yang Berbahagia.
Dunia bagi manusia seperti jasad, badan atau
jasmani yang memiliki bentuk yang nyata, yang bisa bergerak. Termasuk dalam
lingkungan dunia ialah anak, isteri, harta dan sejenisnya yang diusahakan
manusia. Sedang manusia hidup karena
memiliki jiwa dan dengan jiwalah manusia bergerak, berusaha membentuk bobot
dunianya, sehingga dunia bergerak, hidup sejalan dengan gerak laju usaha
manusia. Kalau dunia tidak dihuni oleh manusia yang hidup dan bergerak mengejar
nilai, maka dunia akan mati dan sunyi.
Perjalanan hidup manusia meraih sesuatu nilai
tidak luput dari bermacam cobaan, dan cobaan baru akan berhenti bersama dengan berhentinya
kurun waktu manusianya sendiri.
Allah menguji manusia dengan benda-benda dunia
yang digemarinya, yang menarik perhatiannya dan selalu didambakannya. Apabila
benda-benda itu tidak didapatkan dalam perjuangan hidupnya, maka manusia merasa
mendapat cobaan dari Tuhannya, lantas membawa dirinya berfikir, mungkinkah
jiwanya kurang ikhlas beramal, atau mungkinkah dirinya salah memilih jalan yang
harus dilaluinya.
Allah swt bisa saja menguji manusia dengan
memberikan kemewahan duniawi yang berlimpah yang sangat digemari oleh manusia
secara cepat dan mudah kepadanya, sehingga tiba-tiba menjadi orang yang kaya
raya. Kalau manusianya tidak tanggap terhadap cobaan dan ujian Allah, baik yang
mengandung kemewahan maupun kesengsaraan, ujian itu akan merupakan beban
kejiwaan yang berat, karena belum siap mental.
Hadirin Jamaah Jumat Yang Berbahagia.
Dalam situasi demikian betapa pentingnya sabar dalam
kehidupan manusia itu, karena sabar ikut berperan membina manusia yang tahan
uji, imannya tidak luntur karena godaan dunia, akidahnya tidak belok menghadapi
kesulitan dan rintangan, tauhidnya tetap tegak lurus walaupun diterpa gelombang
dahsyatnya penderitaan. Sabda Rasulullah saw.
طوبى لمن تواضع من غير منقصة، و أذل نفسه في غير مسكنة. و
أنفق من مال جمعه من غير معصية، و خالط أهل الفقه و الحكمة و رحم أهل الذل و
المسكنة. (رواه البخارى).
Artinya:
“Bahagialah orang yang selalu rendah diri
dalam setiap kesempatan, tetapi dirinya tidak merasa terhina. Bahagia pula
orang yang merasa menghinakan diri, berlaku sederhana, walaupun dirinya bukan
orang miskin. Dan bahagialah orang yang mau mengeluarkan sebagahagian harta
yang dikumpulkannya tidak bertujuan maksiat. Dan bahagialah orang yang pandai
bergaul dengan kelompok ilmuan dan ahli hikmah dan tidak canggung-canggung
mendekatkan diri kepada orang miskin dengan kasih sayang.” (HR. Al-Bukhari).
Hadis ini menyatakan secara tidak langsung, bahwa
sabar memegang peranan penting, malah menentukan, dan sabar dapat menurut
bentuk situasi dan kondisi yang sedang dihadapi.
Sabar mengajak manusia menekan amarah, sehingga
mau memberi kemaafan kepada orang yang mengaku salah, walaupun dirinya mampu
membalas kejahatannya.
Sabar menemukan bentuk merendahkan diri, tawadhu’
dalam bergaul dengan orang yang di bawah, yang menurut Alquran orang yang
dipertanggungjawabkan di bawah asuhannya, karena di dorong oleh keyakinannya
bahwa orang yang merendah diri tidak menjadi hina, bahkan dimuliakan oleh
Allah. Dengan bergaul di tengah orang miskin, martabat manusia tidak akan
menjadi jatuh, malah Allah bertambah sayang kepadanya.
Sedekah wajib dan sunat yang dikeluarkan orang
dari hartanya yang disenanginya, tidak menjadikan manusia miskin, bahkan Allah
menambahnya dengan berlipat ganda.
Gambaran di muka mengetengahkan sikap hidup
manusia menghadapi cobaan dan ujian, serta pedoman yang sepantasnya diambil
untuk mengatasi cobaan.
Dan kalau manusia tidak menyadari datangnya cobaan
yang bertubi-tubi dia harus menghadapi
cobaan diluar fikirnya, segala sesuatunya di tangan Allah swt.
Dan orang yang tanggap berusaha mengatasi cobaan
dengan berpedoman dengan Alquran dan sunnah berharap dengan sepenuh jiwanya
untuk mendapatkan “husnul khatimah”,
Kareannya, bahwa ada dua jenis kematian. “Husnul
khatimah” dan “suul khatimah” (akhir hayat yang baik dan akhir hayat
yang buruk). Sabda Rasulullah:
مستريح مستراح منه. قالوا: ما المستريح و المستراح منه.
فقال: العبد المؤمن يستريح من تعب الدنيا وأذاها إلى رحمة الله. و الفاجر يستريح
منه البلاد والشجر و الدواب. (رواه البخاري و مسلم).
Artinya:
“Mustarih dan mustarohun minhu. Para
sahabat bertanya: ”Siapakah sebenarnya Mustarih dan mustarohun minhu, Ya
Rasulullah ?” Nabi menjawab: “Mustarih adalah seorang mukmin yang meninggal
dunia, dia diistirahatkan dari kepayahannya dan penanggungannya di dunia dan
dia kembali ke rahmat Allah. Sedang mustarohun minhu adalah seorang fajir
(pembuat dosa), pendurhaka kepada Allah; yang dengan kematianya seluruh negeri
dengan penduduknya, tanamannya dan hewannya diistirahatkan dari pencemaran dan
kerusakan akibat perbuatannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Hadis ini apabila dipadukan dengan surat
al-Anbiya’ ayat 35 di muka, memberikan pengertian yang lebih mendasar, bahwa “husnul
khatimah” bukan sekedar akhir hayat yang baik ketika menghadapi malaikat
maut, tetapi “husnul khatimah” adalah satu kesatuan yang utuh dari husnul
ibadah, dan husnussirah, ibadah yang terjaga kesuciannya dan sejarah
hidup yang terpelihara dengan baik.
Ibadah dan sejarah hidup yang baik merupakan satu
kesatuan yang utuh, karena ibadah yang dituntun oleh Alquran dan sunnah
membentuk mukmin yang berakhlak mulia, tahu mendudukkan hak Allah dan patuh menjalankan kewajibannya sebagai
tanda tunduk dan patuh kepada-Nya.
Dan mukmin yang berakhlak tidak akan mengambil
sesuatu yang bukan menjadi haknya. Di tengah-tengah masyarakatnya, si Mukmin
menjadi pusat perhatian dan keteladanan.
Hadirin Jamaah Jumat Yang Berbahagia.
Ibadah, berarti mengabdikan diri kepada Allah
dengan membentuk sejarah hidup yang baik sehingga menjadi satu kesatuan yang
utuh, karena ibadah dan membentuk sejarah hidup baik dikerjakan manusia secara
serentak dan harus bebas dari kuman-kuman syirik.
Berfikir sekuler sudah termasuk syirik, syirik
khofi, syirik terselubung, apalagi kalau dijalankan secara terang-terangan.
Meletakkan takut melebih takutnya kepada Allah
juga termasuk syirik dan jenis syirik yang paling ditakuti oleh Nabi saw adalah
syirik yang tersembunyi atau terselubung, sebab kelihatan dari luar seolah-olah
kelihatan asli. Padahal dalam hal ini Allah berfirman:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً ﴿١١٠﴾
Artinya:
“Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini
hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi, 18:110).
Jelaslah, bahwa “husnul khatimah”
menghendaki, bahkan mengharuskan manusia menghadap Allah membawa ibadahnya yang
dapat dipertanggungjwabkan kemurniannya dan meninggalkan sejarah hidupnya yang
memberi manfaat kesejahteraan bagi masyarakatnya. Sewaktu hidupnya diisi penuh
dengan nilai-nilai dan sewaktu menghembuskan nafas terakhir tidak berkurang
nilai pahalanya di sisi Allah.
Dan apabila hadis di muka dikaitkan dengan surat
al-Anbiya’ ayat 35 di atas bahwa dari segi cobaan dan ujian, maka manusia
mukmin yang mengharapkan “husnul khatimah” sepantasnya sudah sejak dini
siap siaga dalam menghadapi semua resiko perjuangan hidupnya dan sudah sejak
sekarang ini juga memasang kacamata “husnul khatimah” di depan mata dan
mata hatinya supaya kehadirannya di tengah-tengah masyarakatnya semasa hidupnya
di dunia ini dicintai dan sewaktu perginya dihormati.
Usaha-usaha mengisi dan menghiasi seluruh hidup
dengan ibadah dan sejarah hidup yang baik harus dilakukan sekarang juga, sebab
keterlambatan yang sekejap bisa berakibat fatal. Umur manusia berada dalam
kekuasaan Allah dan alangkah ruginya orang yang belum sempat memulainya sudah
didahului Malaikat Maut.
Sekarang, semasa masih hidup di dunia ini adalah
waktu sebaik-baiknya beribadah dan beramal, karena setelah kehidupan di dunia
berakhir, di alam barzakh sampai di alam akhirat bukan lagi kesempatan beramal,
sudah tertutup pintu untuk memperbaiki kesalahan.
Oleh karena itu, marilah kita selalu berdoa agar
kita memperoleh “husnul khatimah”, dengan doa yang singkat dan tegas:
اللهم اختم لنا عملنا بحسن الخاتمة و لا تختم بسوء الخاتمة.
“Ya Allah, Tuhan kami, tutuplah gerak amal kami
dengan akhir kematian yang baik dan janganlah Engkau tutup akhir hayat kami
dengan kematian yang buruk.”
بارك الله لي ولكم في القرآن
العظيم ونفعني و إياكم بما فيه من الأيات و ذكر الحكيم و تقبل مني و منكم تلاوته
إنه هو السميع العليم. أقول قولي هذا واستغفروا الله لي و لكم و لسائر المسلمين و
المسلمات و المؤمنين و المؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar